Jon
Balekon terkesima dengan simpanan Mas
Kondil, teman akrabnya. Sebuah cincin yang
tidak diketahui apa sebutannya karena warna dan bentuknya aneh.
Kata Mas Kondil cincin itu berharga Rp 5 juta. "Lho koq mahal, ya ", tanya Jon.
"
Itulah jimat, harganya bisa tinggi, bisa murah. Tergantung khasiatnya "
Jawab Mas Kondil.
"Oo....begitu?
Koq bisa berkhasiat sehingga disebut
jimat ?" Tanya Jon Balekon berpura-pura heran sebagai taktik mencari
informasi.
Mas
Kondil menjawab bahwa cincin jimat
miliknya mempunyai khasiat penambah kharisma.
Dengan kharisma itu, pencopet atau garong tak akan berani mengganggu,
lawan jenis akan terkesima dan tunduk.
" Mengapa berkhasiat ? Di dalam cincin ada penjaganya !!"
Katanya.
Mas
Kondil selanjutnya menjelaskan bahwa
jimat itu bermacam-macam. Ada yang berupa keris, ada yang berupa kertas
bertuliskan huruf yang sukar dimengerti, ada yang berupa kitab super kecil yang dikalungkan di leher.
Yang jelas, katanya, jimat adalah benda yang bisa menjadi sarana
menolong.
"Karena
ada makhluk yang menjaga, maka perlu makanan, perlu dimandikan. Kalau tidak diberi makanan atau tidak
dimandikan, ia akan pergi. Bahkan bisa
marah berat kepada si pemegang atau keluarganya. Jadi ada syaratnya". Kata Mas Kondil.
Mendengar
itu Jon Balekon tersenyum. Ia sebenarnya
juga tahu - karena ia memang suka mencari tahu - bahwa jimat itu tidak hanya barang yang katanya ada
penunggunya. Satpam penjaga rumah
juga jimat bagi 'orang berada' untuk
menangkal tamu tak diundang. Mobil BMW, Mercy dan Volvo keluaran terakhir
seringkali juga merupakan jimat bagi pengusaha yang transaksi bisnisnya puluhan
milyar. Punya kenalan pejabat kelas kakap juga sering dianggap sebagai jimat
untuk memperlancar banyak urusan.
Jon
Balekon ingat pesan kakeknya bahwa agar bisa hidup selamat sejahtera, setiap
orang memang memerlukan jimat dan itu sederhana saja. Jangan punya musuh,
jangan bikin hutang, jangan bikin susah orang. Bahkan sebaliknya, memberi dan
membuat orang lain menjadi senang.
Minimal memberi senyum. Makin banyak orang yang dibuat senang, makin
selamat makin sejahtera.
Jon
Balekon sedikit kaget saat Mas Kondil, sambil menyodorkan cincin kecil lainnya,
berkata: "Jon ..ambil yang ini.
Gratis koq... Khasiatnya agar isteri tidak bawel "
Jon
Balekon tersenyum lantas mengulurkan tangannya dan tidak lupa mengucapkan
terima kasih. Dalam hati ia menyebut
bahwa benda itu bukan jimat. Justru yang menjadi jimat adalah “menerima
pemberian” itu karena membuat Mas Kondil senang dan menganggap Jon Balekon
sebagai sahabat. Dengan dianggap sebagai sahabat, mudah-mudahan ada kemudahan
di waktu lain, kalau situasinya pas, untuk menjelaskan makna jimat kepada Mas
Kondil. Tidak boleh dipaksakan sekarang. (030196/Jumat)/acc/20181112